PUJA SIWA DI HARI MALAM SIWA


Om Swastyastu, selamat bertemu kembali di channel BWSG Bali. Kali ini kami menampilkan acara yang kami laksanakan rutin setiap tahun yaitu "Puja Siwa di hari yang keramat Malam Siwa" yang kami laksanakan di Pantai Lembeng Bypass IB Mantra, Desa Adat Ketewel, Sukawati, Gianyar pada Hari Sabtu 1 januari 2022 mulai pk. 02.00-06.00 bersama seluruh anggota/ sisya BWSG Bali dibawah koordinator Maha Guru BWSG Bali Jro Mangku Alit Pengadangan dan Jro Mangku Istri Alit Pengadangan, dengan didampingi oleh para pelatih, pengurus dan pemangku BWSG Bali.

Siwaratri adalah hari suci yang dirayakan oleh semua umat Hindu dengan melaksanakan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa dan itu dilakukan dengan pelaksanaan khusus.

Hari Siwaratri jatuh setiap setahun sekali berdasarkan kalender Isaka yaitu pada purwaning Tilem atau panglong ping 14 sasih Kepitu (bulan ke tujuh) sebelum bulan mati (tilem), dalam kalender Masehi setiap bulan Januari. Siwaratri memang memiliki makna khusus bagi umat Hindu, karena pada saat tersebutlah Hyang Siwa beryoga, sehingga menjadi hari baik bagi umat untuk melakukan brata semadi berikut kegiatan penyucian dan perenungan diri serta melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Siwa.

Siwaratri berasal dari kata “siwa” dan “ratri”, dalam bahasa Sansekerta Siwa berarti baik hati, memberikan harapan, membahagiakan dan suka memaafkan, Siwa juga adalah sebuah nama kehormatan manifestasi Tuhan yaitu Dewa Siwa yang berfungsi sebagai pelebur atau pemrelina. Sedangkan Ratri dalam bahasa berarti malam atau kegelapan, sehingga jika diartikan Siwa Ratri (Siwaratri) berarti pelebur kegelapan untuk menuju jalan terang.

Jadi sesungguhnya makna dari hari raya Siwaratri tersebut,  adalah malam perenungan suci, malam dimana kita bisa mengevaluasi dan instropeksi diri atas perbuatan atau dosa-dosa selama ini, sehingga pada malam ini kita memohon kepada Sang Hyang Siwa yang juga sedang melakukan payogan agar diberikan tuntunan agar bisa keluar dari perbuatan dosa tersebut. Pada saat malam itulah umat melakukan pendekatan spiritual kepada Siwa untuk menyatukan atman dengan paramatman.

BWSG Bali, dalam rangka memperkuat keimanan seorang sisya, termasuk dalam hal ini berusaha mempertahankan tradisi turun-tumurun, untuk selalu menjaga, menggali, mengamalkan dan mengembangkan ajaran "Nak Lingsir" atau tetua masa lalu. berusaha tetap mengupayakan diadakannya acara "mejagra" bersama para sisya, pengurus, sesepuh, pemangku dan para pelatih melalui acara meditasi, japa mantra atau yang biasa disebut "puja Siwa" pada tengah malam, setidaknya setelah melewati pukul 01.00 dengan dilanjutkan melakukan acara penglukatan.

Secara literal dalam bahasa sansekerta “Om Namah Shivaya” berarti saya mohon perlindungan, tuntunan dan keselamatan dari Dewa Shiva. Tapi maknanya tidak hanya sampai disitu. Mantra “Om Namah Shivaya” memiliki kandungan kekuatan luar biasa, dimana setiap suku kata mempunyai karunia tersendiri dalam menyelamatkan jiwa dari belenggu pikiran dan belenggu samsara.

Mantra “Om Namah Shivaya” adalah panca aksara sebagai karunia kemaha-sucian tertinggi Dewa Shiva sebagai keseluruhan alam semesta kepada jiwa-jiwa. Na berarti karunia Beliau, Ma berarti alam semesta, Si adalah Shiva, Va mengungkap rahasia karunia-Nya dan Ya adalah jiwa.

Mantra “Om Namah Shivaya” adalah panca aksara sebagai seluruh alam semesta itu sendiri yang terdiri dari lima unsur dasar [panca maha bhuta], yaitu : Na adalah unsur padat [pertiwi], Ma adalah unsur air [apah], Si adalah unsur cahaya [teja], Va adalah unsur udara [bayu] dan Ya adalah unsur ruang [akasha].

Mantra “Om Namah Shivaya” juga adalah panca aksara yang terkait langsung dengan prinsip-prinsip yang mengatur masing-masing dari lima lapisan badan kita [panca maya kosha], yaitu Na terkait pada badan fisik  [annamayakosha], Ma terkait pada badan prana [pranamayakosha], Shi terkait pada badan pikiran [manomayakosha], Va terkait pada badan kebijaksanaan [vijnanamaya kosha] dan Ya terkait pada badan kesadaran [anandamayakosha]. Sedangkan pranava mantra Om / Aum di depan terkait pada Atman.

Dan yang terpenting, saat kita mengucapkan mantra “Om Namah Shivaya”, kita sesungguhnya sedang melakukan upaya mengakses energi mahasuci kesadaran kosmik Dewa Shiva. Dengan kata lain, kita sedang mengucapkan makna rahasia yang tersembunyi di dalam inti kesadaran kosmik Dewa Shiva.

Kesadaran kosmik adalah keadaan ketika kesadaran jiwa menjadi stabil dan kesadaran mengamati hadir sepanjang waktu dalam kondisi terbangun, bermimpi, dan tertidur.

Melukat adalah upacara pembersihan pikiran dan jiwa secara spiritual dalam diri manusia. Upacara ini dilakukan secara turun-temurun oleh umat Hindu hingga saat ini. Pensucian secara rohani artinya menghilangkan pengaruh kotor/klesa dalam diri.

Melukat merupakan upacara pembersihan yang diyakini dapat memberi vibrasi positif pada seseorang, terutama pikiran dan jiwa secara niskala.

Penglukatan ini sangat diperlukan agar badan fisik dan badan bathin seimbang kualitas kerohaniannya, karena semua saling terhubung dan saling keterkaitan dalam hal pengelolaan energi, pengelolaan sumber-sumber dari kekuatan spiritualitas, serta tingkat kesucian dan kemurnian para sisya BWSG Bali, agar berdaya guna dan berhasil guna,  dengan mengingat bahwa sumber tirta penglukatan tersebut diperoleh dan diambil dari berbagai sumber mata air yang ada di wilayah sekitaran Denpasar, Badung, Bangli, Karangasem dan tabanan atau daerah yang paling dekat untuk dijangkau, semisal tirta dari Pura di Tampaksiring, Pura Mengening, Pura Sudamala, Pura Tirta Solas, Pura Tambawaras, Pura Goa Peteng, Pura Waringin Pitu, Pura Keraban Langit, Pura Goa Garba, dan sebagainya.

Diharapkan. setelah penglukatan ini dilakukan, seluruh sisya BWSG Bali akan memiliki jiwa-jiwa yang teguh, suci, dharma, penuh kasih, percaya diri, serta kuat dan pemberani, berani terhadap kebenaran yang terjadi di sekitar kita. Hal lain adalah, agar setelah penglukatan ini dilaksanakan, beberapa sifat-sifat dan karakter negatif akibat kelahiran masa lalu terkikis, demikian juga sisa-sisa karma negatif masa lalu yang belum habis dapat dibersihkan saat ini, dan akan menumbuhkan serta mengembangkan sifat-sifat karma yang positif pada kehidupan saat ini dan yang akan datang.

Terimakasih atas perhatian anda, 

semoga terinspirasi.


Posting Komentar untuk " "